Wednesday, December 16, 2009

Dream Giver ch2 - Ordinary left his ‘Comfort Zone’



Bangun tidur di waktu biasa, ordinary mengisi koper nya dengan barang biasa, dan menambahkan buku catatan hariannya dan sebotol tinta permanen, dengan bulu putih pemberian Sang Pemberi impian tentunya. Ia berjalan ke perbatasan…


Sebelumnya Ordinary tidak pernah berani menyusuri perbatasan dari Land of Familiar ini. Karena itu berarti ia meninggalkan pusat kenyamanan dimana orang tidak terkenal (ordinary) lainnya tinggal. Ia mengetahui bahwa semakin jauh orang berjalan dari pusat Land of Familiar, semakin tidak lazim keadaannya. Ia juga mengetahui bahwa sebagian besar orang tidak terkenal yang berusaha meninggalkan zona nyamannya merasa begitu tidak enak, sehingga mereka berbalik dan pulang ke rumah.
Banyak orang terkenal yang pernah ke perbatasan ini dan memutuskan untuk kembali ke kehidupan yang biasa. Namun tidak dengan dirinya. Ia telahbertekad untuk terus melangkah...

Bersiul, bersenandung.. melangkah..

Namun, belum jauh berjalan ia merasa lesu dan tak bersemangat. Ketika Ia melangkah lebih jauh, ia merasa gelisah. Pemandangan tampak berbeda. Daun-daun di pohon tampak rindang dan menyeramkan.. untuk pertama kalinya ia menyadari bahwa pengejaran mimpi tersebut dapat memberikan banyak ketidaknyamanan.. trnyata untuk melakukan yang paling disukainya, ia harus melakukan yang paling ditakutinya !

Ia merasa tidak tenang dan kuatir.. langkah mulai melambat. Merasa ragu terhadap impian besarnya. Berpikir bahwa ia tidak cukup bakat atau keahlian untuk meraih impiannya. Jelas sekali bahwa ia tidak mampu meraih hal-hal besar. Bagaimana jika ia gagal ?

Lebih lagi, .. sekalipun ia sanggup. Namun apakah dia cukup layak untuk meraih mimpi yang besar itu ? kekuatiran perlahan berubah menjadi ketakutan… lalu ia melihat suatu tanda bunyinya :


Meninggalkan daerah kenyamanan Tanah Kelaziman (Land of Familiar) Memasuki Tanah Perbatasan (Border Land )

Ia merasa ketakutan. Peluh tercurah dari keningnya. Sesak. Sulit berpikir. Kemudian ia menghampiri tanda itu dan ia terbentur pada sebuah dinding tak terlihat yaitu dinding ketakutan. Wall of Fear

Berhenti. Tak berjalan lagi. Ia menjatuhkan koper dan duduk di atasnya..

Waktu berlalu. Diam.

Lalu ada satu suara dalam hatinya bertanya : mengapa engkau berhenti?

Ordinary mengenal suara Pemberi Impian dalam hatinya lalu menjawab “kukira aku ingin pulang ke rumah”. “aku bukan orang terkenal tepat untuk mengejar Impian Besar seperti itu..”

Ya, memang kau orangnya, jawab Pemberi impian . Aku menciptakan engkau untuk melakukan ini

“Tetapi kukira aku tidak dapat melakukan ini” sahutnya

Ya, engkau sanggup. Dan Aku akan menyertai engkau. Aku akan menolongmu.

Setelah beberapa saat, dia berdiri dan melihat dengan penuh kerinduan ke arah daerah asing. Nun jauh disana terletak Impian Besarnya. Tetap melangkah dari tempat ini kesana tampak terlalu sukar. Lalu dengan penuh kerinduan dia berpaling ke belakang ke Land of Familiar. Dengan penuh cinta Ia mengingat semua kenyamanannya – pekerjaan rutin, sahabat karib, segala sesuatu yang disukainya…

Ordinary mengangkat kopernya dan memutuskan mengambil satu langkah di dalam arah tersebut, hanya untuk mengetahui bagaimana rasanya..

Rasanya lebih baik.. jadi ia mengambil langkah berikutnya. Semakin dekat dengan Land of Familiar, ia merasa semakin nyaman. Tapi sekaligus ia merasa sedih lagi. Dan ia mengetahui alasannya : dengan setiap langkah yang diambilnya, ia meninggalkan Impian Besarnya semakin jauh di belakang.

Mengapa engkau berbalik kembali ? Tanya pemberi impian

“Karena aku takut ! meninggalkan Land of Familiar terlalu menyeramkan dan berbahaya!”

Ya, memang demikian..

“Tapi jika aku harus meletakkan Impian besar ini, aku yakin aku tidak akan merasa ketakutan!”

Ya, engkau akan ketakutan. Setiap orang tidak terkenal akan merasa takut.

“Tetapi Engkau dapat menyingkirkan rasa takut itu. Tolong singkirkan rasa takut itu !” ia memohon. “Jika Engkau tidak melakukannya, aku tidak dapat meneruskan perjalanan !”

Ya, engkau sanggup. Bersikaplah berani, Ordinary..

Sekarang ordinary melihat pilihannya dengan jelas. Dia dapat mempertahankan kenyamanannya atau Impiannya.. Tetapi bagaimana ia ‘bersikap berani’ jika ia tidak memiliki keberanian?

Ordinary memutuskan. Jika ketakutannya tidak mau pergi, ia tetap harus maju.
Masih dengan gemetar, ia mengangkat kopernya, memalingkan badannya dari Land of Familiar, dan berjalan ke arah tanda itu. Dan meskipun ketakutannya bertambah, Ordinary menutup mata dan melangkah lebar ke depan. Tepat menembus dinding ketakutan yang kasat mata.

Dan disanalah ia menemukan sesuatu yang mengejutkan.
Di sisi lain langkah tunggal itu – langkah yang ordinary kira tak dapat dilakukannya, ia menemukan bahwa ia telah menembus daerah kenyamanannya.

Orang biasa mengeluarkan catatan harian dan bulu panjangnya lalu menulis kebenaran mengenai daerah kenyamanannya :


  • Sulit meninggalkan daerah kenyamananku. Tetapi akan lebih sukar meninggalkan Impianku, dan aku bersyukur aku tidak melakukannya…
  • Aku masih merasa tidak layak atau mampu melakukan Impianku, tetapi Pemberi Impian telah berjanji menolongku
  • Sekarang aku mengetahui sebuah rahasia : Aku dapat ‘bersikap berani’ , bahkan saat aku merasa takut.
  • Impian Besarku berada di sisi lain Dinding Ketakutan yang kasat mata itu. Aku harus menerobosnya. Aku tidak mengira dapat melakukannya, tetapi itulah yang terjadi

No comments:

Post a Comment